Seorang suami seharusnya bisa menjadi figur seorang imam yang mengayomi keluarga. Tapi apa yang dilakukan Gebon justru sebaliknya, dia kerap berlaku kasar kepada istrinya bahkan pernah menusuk sang istri dengan gunting.
Kisah ini bermula ketika Gelbon Sianturi dan Rismayanti menikah dan tinggal di rumah orangtua Rismayanti (Yanti). Gelbon mencoba memenuhi kebutuhannya dan Yanti dengan bekerja sebagai pengamen. Hal ini lantas dianggap remeh oleh ibu mertua Gelbon, bahkan Yanti pun pernah membuang uang receh hasil Gelbon mengamen karena merasa malu.
“Perasaan saya sangat sedih, padahal pada saat mengamen saya tidak ada perasaan malu. Merasa bahagia saja saya mendapat uang,” ungkap Gelbon.
Hal itu menjadi awal konflik diantara keluarga muda tersebut. Bahkan intervensi orangtua Yanti membuat Gelbon dan Yanti harus tinggal terpisah. “Di situ juga bergejolak hati saya karena memilih orangtua atau suami. Karena orangtua saya, ibu saya terutama tiap hari itu selalu bilang ‘udah nggak usah diterima lagi si Gelbon, ngapain punya suami ngamen kaya begitu? Malu!’” ujar Yanti.
Gelbon pun terpaksa meninggalkan Yanti yang tengah hamil muda. “Cuma begini saya minta kepada Tuhan, ‘Tuhan saya tidak mau seperti ini, bawalah dia kepada saya. Tetapi jangan jauhkan saya dari dia, jangan bikin saya seperti ini Tuhan,” kenang Gelbon sambil menangis.
Enam bulan berselang, Yanti mendatangi Gelbon dengan menggendong anak pertama mereka serta menyampaikan keinginan hatinya untuk kembali bersatu dengan Gelbon. “Lalu saya kembali lagi kepada suami saya, karena saya berpikir bahwa nggak enak juga hidup tanpa suami. Lagian saya lihat anak saya, kasian anak saya. Bagaimana masa depannya?” aku Yanti.
Kedatangan Yanti pun disambut baik oleh Gelbon. Mereka pun berniat untuk membangun kembali keluarga yang bahagia. Namun ternyata, keharmonisan dalam keluarga bukanlah sesuatu yang mudah untuk diwujudkan. Tanpa sadar, kekecewaan Gelbon terhadap keluarga Yanti membuatnya berontak.
“Terus saya mulai berontak, karena setiap ingat masalah yang dulu yang diperlakukan ke saya. Saya kaya dendam, jadi kalau ada masalah sedikit saya main kasar aja,” ungkap Gelbon.
Sikap kasar Gelbon ini terus berlanjut bahkan suatu waktu dia tega menusuk istrinya itu dengan gunting. Peristiwa itu terjadi ketika Gelbon tengah asyik ngobrol di rumah temannya yang letaknya tidak jauh dari rumahnya.
Yanti berinisiatif membawa salah satu anaknya untuk untuk bisa dijaga Gelbon sehingga dia bisa mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Hal itu dianggap Gelbon sebagai wujud tidak hormat Yanti terhadapnya dan menegurnya langsung di tempat.
“Saya tidak berpikir dia marah, eh setengah jam kemudian dia pulang. Dia buka pintu tidak seperti biasanya, dia buka pintu sambil dibanting,” kisah Yanti.
Yanti yang tidak mengerti kemarahan suaminya itu mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Percekcokan pun tak bisa dihindari, kata-kata kasar pun keluar dari mulut Gelbon. Yanti tetap berusaha membela dirinya dengan berbagai pendapat. Hal ini makin menambah geram Gelbon dan membuatnya gelap mata.
“Apa yang ada di depan dia, dilempar ke saya. Tapi seolah-olah dia kesetanan dan membabi buta,” Yanti menceritakan situasi.
“Terus saya lihat gunting. Saya emosi, dan saya tusuk,” kisah Geldon.
“Kenalah di paha sebela kiri saya,” ucap Yanti yang mengaku akhirnya mendapat pertolongan dari tetangganya.
Walaupun sudah diperlakukan kasar, Yanti masih berharap suatu saat suaminya itu akan diubahkan Tuhan. Dia pun kerap membawa hal ini dalam doanya. “Waktu itu saya sering doain suami saya supaya berubah, supaya tidak kasar, menjadi suami yang lembut dan baik. Setiap hari saya doain. Karena saya pikir kalau saya tidak mampu merubah, hanya Tuhan yang mampu merubah. Memulihkan suami saya,” ungkap Yanti.
Suatu hari anak-anak Geldon dan Yanti pulang dari sekolah minggu sambil menangis. Geldon sempat menyangka bahwa anaknya itu diganggu teman, namun pengakuan putranya tersebut membuat Geldon dan Yanti miris. “Temen-temen orangtuanya hadir di gereja, bapak nggak ada ibu nggak ada. Jadi saya sedih,” Geldon mengenang perkataan anaknya.
Pernyataan anaknya tersebut membuat Geldon dan Yanti sangat terpukul. Mereka merasa menjadi orangtua yang tidak bertanggung jawab. “Saya merasa terpanggil, terharu saya. Oh iyaa yaa, kok saya ini jadi orangtua, nggak bisa mendidik anak. Kurang bertanggung jawab saya sebagai orangtua. Timbul dalam hati saya, ‘Oh saya mau didik anak saya’ mulai dari situlah saya pergi ke tempat ibadah,” ungkap Yanti yang mengaku setelah itu rajin beribadah bersama Geldon.
Sejak saat itu, Yanti dan Gelbon mulai belajar apa arti sebuah keluarga.
“Kami didoakan orang lain. Disitulah saya merasa bahwa beban yang selama ini saya tanggung, selama ini saya rasakan, lepas gitu. Saya seperti ringan. Saya seperti tidak punya masalah apapun,” ungkap Yanti.
Hal yang sama juga dirasakan Geldon. “Disitu saya mulai menangis ‘Tuhan ampuni saya, dosa-dosa saya yang begitu besar Tuhan, ampuni saya’” ungkap Geldon.
“Waktu saya didoakan itu ada sesuatu yang datang begini ‘kamu harus minta maaf’. Saya katakana saya mau Tuhan. (Kemudian) saya mulai minta maaf kepada istri juga kepada anak-anak. Dan saya mulai berubah terus disitu,” tambahnya.
Yanti pun mempunyai ayat yang kemudian menjadi pedomannya untuk menjalani kehidupan. “Ada satu firman Tuhan ‘bersukacitalah di dalam pengharapan, bersabarlah dalam kesesakan, bertekunlah dalam doa’. Jadi apapun yang kita alami, apapun yang kita rasakan, kita tetap harus bersukacita dalam Tuhan,” ungkapnya.
Di sisi lain, ternyata Gelbon masih sulit mengampuni dirinya sendiri. Kekerasan yang selama ini telah dilakukannya kepada istrinya membuatnya memandang hina dirinya dan bahwa dia tidak pantas mendapat pengampunan. Namun hamba Tuhan pun meyakinkan Geldon bahwa Tuhan tetap mempunyai kasih yang luar biasa untuknya.
Pemulihan pun Terjadi
“Saat ini perilaku suami saya terhadap saya sungguh sangat luar biasa. Dia baik, dia lembut, dia perhatian sama saya,” ungkap Yanti.
“Mengucap syukurlah kepada Tuhan, memang inilah rencana yang indah buat saya. Yang dulu saya nggak ngerti, tapi dibalik itu semua Dia berikan yang indah kepada kami sekarang ini. Keluarga yang bahagia,” ungkap Geldon sambil menahan air mata.
“Kalau dulu dia kasar, keras, sering pukul saya. Tapi sekarang luar biasa berubah, diubahkan Tuhan. Saya percaya itu,” ungkap Yanti menutup kesaksian mereka.
Sumber Kesaksian :
Geldon Sianturi dan Rismayanti
Sumber : V120621170951